Kamis, 21 Mei 2015

CERPEN BAHASA INDONESIA


PERTEMUAN SINGKAT

            Siang itu begitu panas menyengat, seakan membakar habis seisi dunia. Tak terkecuali di kampungnya, orang-orang memanggilnya Yin, lengkapnya Yintia Cristiana. Dia orang yang hidup seba sederhana. Ibunya bekerja sebagai buruh swah dan ayahnya sudah meninggal saat ia berumur 12 tahun. Untuk membantu ekonomi keluarganya, ia bekerja paruh waktu di sebuah minimarket, mengambil shift sore.
            Saat ini, Yin telah menduduki bangku SMdi SMA Tunas Bangsa, salah satu SMA elit di Bali Selatan. Dia masuk kesana melalui beasiswa yang diberikan pemerintah sebagai penghargaan atas prestasi yang dimilikinya. Seperti anak kurang mampu lainnya, Yin terasingkan dikelasnya. Dia duduk sendiri disaat teman sekelasnya duduk dengan temannya masing-masing. Memang dia tidak mempermasalahkan hal itu, tetapi kerap kali ia merasa kesepian.
            Seperti biasa, Yin berangkat  kerja sepulang sekolah dengan berjalan kaki. Dia memilih melewati jalan tikus. Tanpa disadarinya, dia sedang berjalan kedaerah rawan tawuran. Dari kejauhan terlihat seorang anak laki-laki berseragam SMA tengah berlari pontang panting kearah Yin.
            “Ada apa ya?” Tanya Yin pada orang tersebut.
            “A-Ada tawurann!!!” serunya, lalu berlari lagi, beberapa saat kemudian, terdengar teriakan-teriakan dan lemparan-lemparan batu. Tiba-tiba, seseoorang menarik tangan Yin dan mengajaknya bersembunyi di belakang gubuk tua.
            Beberapa lama, akhirnya suasana mereda. Yin pun melihat jam, ternyata sudah pukul 4 sore, sudah sangat terlambat untuk berangkat kerja.  Yin menoleh kesamping, terlihat seorang laki-laki seumurannya, wajahnya terlihat seperti peranakan China. Laki-laki tersebut masih siaga dengan bahu tegang. Lama dipandang, laki-laki itupun menoleh.
            “ Hai” sapa laki- laki itu kikuk
            “Hai” balas Yin
            “Boleh tau nama kamu?”
            “Yintia Cristiana, panggil Yin aja. Kalo kamu?”
            “Yangga Dewangga” jawabnya sambil tersenyum. Mereka pun bertutur ria, sampai tak terasa hari sudah menjelang sore.
            “udah sore, aku pulang dulu ya” kata Yangga.
*69*
            Besoknya, saat dikelas, wali kelas di kelas Yin memperkenalkan murid pindahan. Yang tak lain dan tak bukan adalah orang yang ditemui Yin kemarin.
            “Yangga Dewangga” gumam Yin
            Ternyata, Yangga duduk disebelah Yin. Mereka terlihat sangat akrab., sehingga timbul berbagai rasa sirik dari teman sekelas mereka. Tapi Yin tidak memperdulikan hal tersebut. Dia benar-benar mmerasa senang, karena akhirnya memiliki teman di sekolah. Tanpa disadari, rasa senang tersebut perlahan menjadi rasa suka dan berakhir dengan cinta. Hal yang sama terjadi pada Yangga. Tetapi, mereka tidaklah mau jujur tentang perasaan mereka satu sama lain. Mungkin mereka tidak ingin merusak persahabatan mereka.
            Sudah 5 hari sejak pertemuan mereka, akhirnya Yangga memberanikan diri untuk mengajak Yin pergi ke Taman Kota. Yin dengan senang hati menerima ajakan tersebut. Yangga akan menjemput Yin nanti sore sepulang sekolah.
            Sesuai janjinya, Yangga menjemput Yin kerumahnya. Yangga terlihat sangat tampan dengan balutan jeans dan kemeja putih saja. Yin juga terlihat sangat cantik dengan balutan jeans daan t-shirt berwarna hitam. Dua sejoli itu pun memulai perjalanan mereka menuju Taman Kota.
            Sesampai disana, mereka mencari tempat duduk, kebetulan disana terdapat gazebo yang berada dibawah pohon, sehingga suasana tidak panas.
            “Yin, kamu haus gak?” Tanya Yangga. Yin hanya mengangguk malu, kemudian Yangga berdiri dari duduknya, dan berkata
            “Aku pergi dulu ya, beli minum”
            Bersamaan dengan gal itu, kembali terdengar suara gaduh. Ternyata hari ini jadual tawuran anak SMA. Saat Yin hendak berbalik dan meyusul Yangga untuk mengajaknya pergi dari tempat ini, tubuh Yangga ambruk ke tanah. Sebilah pisau menancap di dada sebelah kirinya. Ya, Yangga terkena tusukan pisau daging milik salah satu siswa tawuran yang berlari menghindari serangan lawan.
            Sesaat kemudian suara sirine mobil polisi dan sirine ambulance berpadu. Para polisi berlari mengamankan sebagian siswa yang terlibat dalam tawuran, sedangkan sebagian siswa lainnya dipastikan sudah kabur. Petugas ambulance kemudian mengangkut korban – korban tawuran, termasuk Yangga dan beberapa korban lainnya.
*69*
            Sudah sebulan sejak kejadian itu. Yin tidak pernah melupakan kata-kata yang diucapkan Yangga didalam mobil Ambulance. Kata-kata yang singkat, namusn sangat berarti bagi Yin. Kata- kata yang membuat Yin menyesali ketidakjujurannya tentang perasaannya pada Yangga. Kata-kata indah sekaligus menjadi kata-kata terakhir yang diucapkan Yangga.
            “Aku  mencintaimu Yintia Cristiana. Jangan pernah melupakanku”
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar